HALUT, Laporan longsor yang mengancam keselamatan Warga Desa Bori, Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara, langsung ditanggapi cepat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku Utara, Minggu (2/4/2023).
Diketahui, 75 KK yang terdiri dari 250 jiwa Warga Desa Bori dirundung cemas, karena rumah mereka yang dekat dengan bibir pantai sudah mulai merasakan dampak longsor yang sudah menelan sebagian badan rumah akibat abrasi, yang menjadikan jurang sedalam 6 meter.
Arkelaus Hidete (57) tahun, harus merelakan kamar mandi dan toilet yang hancur saat longsor terjadi pada pukul 9 malam saat hujan deras pada tanggal 27 Maret 2023 lalu.
“Dulu saya bangun WC itu jaraknya kurang lebih masih 15 meter dari bibir pantai, tapi setiap tahun selalu terjadi longsor,” ungkap Arkelaus Hidete yang mengaku di rumahnya dihuni 7 orang yang kini harus menumpang ke toilet tetangga.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Malut, Fehby Alting setelah mendapat informasi tersebut, langsung membentuk rombongan BPBD Malut yang terdiri dari tim ahli lingkungan (DR. Yumima Sinyo, S.Pd, M.Si) dari Universitas Khairun Ternate, ahli sosial kemasyarakatan (DR. Yulinda Uang, S.IP, M.Si) dari Universitas Halmahera yang direkomendasikan oleh Ikatan Alumni Universitas Diponegoro Maluku Utara, serta tenaga ahli desain konstruksi (Sudirman Hi. Umar, S.T, M.T) dari Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate, juga dari Kejaksaan Tinggi Malut dan Inspektorat Malut langsung terjun ke lokasi kejadian dan bertemu dengan masyarakat.
“Kita dari BPBD bersama dengan tim ini akan melihat langsung dan melakukan pengkajian yang kemudian akan diambil langkah cepat guna menyelamatkan masyarakat dari potensi longsor yang akan terjadi,” kata Rosihan Ismail selaku koordinator tim yang juga memangku jabatan analis bencana ahli muda.

Tim BPBD Malut saat memberikan informasi dan sosialisasi bencana kepada masyarakat Desa Bori.
Selain itu, Rosihan yang juga aktivis Palang Merah Indonesia ini, juga menekankan pentingnya pengetahuan masyarakat terkait mitigasi bencana perlu disosialisasikan dengan baik, agar warga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana ini terjadi.
“Untuk saat ini pengetahuan masyarakat terkait apa yang harus dilakukan ketika bencana sangat perlu, sehingga pada kesempatan ini juga kami akan menginformasikan kepada bapak ibu sekalian tentang apa yang haru dilakukan saat bencana terjadi,” jelasnya di hadapan masyarakat Desa Bori.

Senada, Tim ahli lingkungan dari Universitas Khairun Ternate, DR. Yumima Sinyo dalam amatannya menyebutkan struktur tanah telah terlihat retak di sejumlah titik, sehingga rentan terjadi longsor.
“Olehnya itu kami meminta kepada BPBD Kabupaten Halmahera Utara agar memberikan pemahaman dan informasi bila mana terjadi longsor, yang kita semua tidak tahu akan terjadi kapan,” jelasnya.
Kepala Desa Bori, Welli Lumahu berharap banyak kepada pemerintah Provinsi Maluku Utara maupun Kabupaten Halmahera Utara, agar dapat secepatnya menurunkan bantuan agar masyarakat dapat terhindar dari potensi longsor.
“Sebelumnya Pemprov Malut telah membangun talud penahan ombak sepanjang 80 meter dan Pemkab bangun 70 meter tetapi sudah roboh, olehnya itu kami berharap agar bisa dibangun kembali yang panjangnya kurang lebih 300 meter,” harapnya.
Usai melakukan pemantauan dan memberikan informasi ke masyarakat Desa Bori, tim melanjutkan perjalanan ke Desa Daru yang juga terdampak abrasi pantai.
Turut hadir dalam kegiatan ini, anggota DPRD Kabupaten Halmahera Utara, Inggrid Paparang dan BPBD Kabupaten Halmahera Utara.







